Selasa, 30 Juli 2013



  1. Yg dibutuhkan anak kita bukan kurikulum baru, tapi lebih banyak akses ke dunia nyata -John Holt-
  2. Akses ke dunia nyata lebih sulit diterapkan pada pendidikan formal karena kompleksitasnya. 
  3. Sering ketika anak belajar dari buku, dia tdk menemukan hubungannya ke dunia nyata, tdk menemukan gambar besar how it works in the world
  4. Untuk bisa belajar dari keseharian, ortu harus lebih dulu mengubah paradigma tentang 'apa itu belajar?'  
  5. Orang tua lebih tenang ketika anak menghadap buku/worksheet/video edukatif & khawatir ketika anak main/ngobrol krn tidak terlihat belajar
  6. Ada banyak jenis belajar: learn to know, learn to be, learn to do. 
  7.  LEARN TO KNOW adalah apa yang biasa kita lakukan di sekolah.
  8. LEARN TO BE adl belajar menjadi DIRI. Dimulai dari belajar tentang diri sendiri. Menggali apa yg disuka/tidak suka, yg diinginkan, minat
  9. Caranya dg ngobrol, menggali/mengeluarkan/menemukan apa yg ada dlm diri anak, memberi stimulus, mengarahkan anak pada jalur sesuai minatnya
  10. Learn to be jg mencakup belajar tentang peran diri dalam keluarga, peran sbg anak/kakak/adik, termasuk terlibat dlm tugas rumah tangga
  11. Sering ortu bilang, kamu belajar aja yg bener, urusan lain ortu yg siapkan. Pdhl menyadari & menjalankan peran sbg anggt keluarga penting!
  12. Dari sini, akan muncul kesadaran anak akan peran sebagai khalifah Tuhan (pemahaman & praktek ibadah) dan makhluk sosial
  13. Kemudian LEARN TO DO adalah bekal keterampilan, baik softskills maupun hardskills
  14. Misalnya keterampilan melayani, ini penting untuk dipahamkan (kenapa harus) dandilatihkan (dicontohkan dan dijadikan budaya keluarga)
  15. Keterampilan bekerja sama, berorganisasi, komunikasi, semua dipahamkan, kemudian dilatihkan. TAK ADA YANG INSTAN!  
  16. Jadi belajar bukan cuma tentang pelajaran, ujian, rapor, tapi jauh lebih luas dari itu. Intinya melihat learning opportunity di manapun.
  17. Dengan belajar dari keseharian, belajar jadi bisa di mana sajarelevansi dg dunia nyata lebih tinggi, dan bisa jadi lebih murah
  18.  Belajar juga jadi selalu multidimensi. Di depan rak keju di miniarket, kita tidak memisahkan belajar biologi dg ekonomi dan matematika. 
  19. Selain itu, belajarnya bukan demi ujian ^_^
  20. Tapi jangan menimbuni anak dengan banyak informasi langsung. Tambahkan pengetahuan selapis demi selapis di setiap waktu.
  21. Informasi sedikit2 saja, ambil analoginya dari game/kartun favorit, luruskan logika berpikirnya, jadikan rutin sebagai budaya keluarga
  22. Pertanyaan: Bagaimana kalo yg ortu sampaikan berbeda dengan yg disampaikan kakek-nenek/teman/tetangga/sepupu? 
  23. Mulai dg: "setahu mama begini," lalu refer ke buku/googling, kalo ortu salah, minta maaf. Anak2 jadi kritis dan bisa menyaring informasi 
  24. Belajar model seperti ini punya keterbatasan dan tantangan, salah satunya adalah bahwa materinya berupa raw material 
  25.  Jadi materinya belum siap pakai, harus dicari learning opportunitynya. Belajarnya juga lompat2, banyak tema, dan tampak kurang bobotnya
  26. Materi jadi loncat2, dong? Gapapa, nanti kalau dirasa mulai banya, lapisan2 pengetahuan itu diikat dengan presentasi << harus dibiasakan nih. 
  27. Model pembelajaran dari keseharian ini juga menuntut ortu ikut banyak belajar, baca lagi, googling terus, lebih open minded
  28. Ortu juga harus mengusahakan pengalaman keluarga yg kaya. Mengganti mall dg museum, planetarium, stasiun, bandara, pelabuhan, kebun raya
  29. Mulai dari apa yang menarik perhatian anak. Usahakan jawaban jangan lebih dari 5 menit untuk tiap pertanyaan yang diajukan anak.
  30. Ortu juga bisa duluan memulai, misalnya, "Tau nggak, De'? Ini….." dst. Tapi jangan kecewa kalo anak ga tertarik yah. Relakan ^_^v
  31. Jangan nafsu kepingin anak dapat semua, sedapatnya saja. Nanti insya Allah ada kesempatan menambah lapisan pengetahuan baru lagi.
  32. Selain pengetahuan, wawasan dan keterampilan, jangan lupa mempelajari tentang rasa hati: perhatian, kepedulian, empati
  33. Kita beli materi ini itu, fotokopi materi ini itu, tapi anak ga mau ^_^; Pdhl yg lbh penting bagi anak adl proses mengamati dan bertanya 
  34. Belajar adalah apa yang dialami/dicerna anak, bukan yg diusahakan ortu
  35. Apakah hanya belajar hanya yg anak sukai? Tentu tidak. Kita perlu memasukkan logika knp hal2 yg tdk disukai tetap dipelajari/dilakukan  
  36. Kita mendidik anak supaya tau apa yang dia inginkan, bukan yg tujuan hidupnya dibentuk oleh ortu/pemerintah/otoritas.
  37. Hal tsb bisa tercipta ktk anak bisa mengemukakan pendapat dg nyaman. Anak tdk selalu benar, jd ortu memberi wawasan & menetapkan batasan
  38. Jika anak suka pd yg kita tidak suka? Kl masalah selera, ortu harus menahan diri. Kecuali jika melanggar prinsip/etika/moral/ketertiban
  39. Bila itu terjadi, ajak anak ngobrol, dapatkan logika yg dimiliki anak atas pilihan yg kita tentang tersebut, lalu cari jln keluar sama2
  40. Mencintai anak apa adanya tuh susah ternyata. Merelakan anak mau jadi apa dan kita menemani perjalanan mereka
  41. Bgmn kalau sdh terlanjur beli bahan tp anak ga suka? Ada 2 cara, menunggu smp anak berminat atau anak lihat ortu menggunakannya lbh dulu
  42. Mulai usia kira2 9th, anak mulai mencari identitas yg berbeda dari ortu. Kuncinya adalah kedekatan dan disiplin internal << aih,  
  43. Seberapa ketat disiplin diterapkan pada anak? Terserah keluarga asal konsisten dan dibarengi dengan dialog terus menerus.
  44. Proses belajar bisa tdk disengaja, melalui 'learning window': pertanyaan anak, keinginan anak untuk terlibat dlm sesuatu, kebutuhan anak
  45. Misalnya anak bertanya film pororo jam berapa, itu kesempatan belajar jam. Tunjukkan makna jarum panjang dan jarum pendek di jam dinding
  46. Kl mau anak mengerjakan pekerjaan rumah dg bahagia, ortu juga harus mengerjakannya dg bahagia, bukan marah2.
  47. Belajar lwt keseharian harus fokus pada proses, selapis2 jangan kebanyakan, jangan terburu2 mengharapkan hasil, sesuaikan dg mood anak
  48. Ortu biasanya fokus pada konten, tapi anak lebih fokus pada proses. Kalau belajarnya seru, materi apapun bisa dilahap anak.
  49. Gini deh, HS itu dimulai dr bonding, berkegiatan dg anak sebanyak2nya. Ga perlu peresmian dulu: kami HS, loh! Jalani saja.
  50. Tp masih pengen ijasah? Adaptasi dg materi sekolah mulai usia 10.
  51. Jadi sebelum usia 10th, ngapain aja anak di rumah? Ya itu, belajar dari keseharian-kehidupan kayak yg dari tadi diomongin itu.
  52. Trus pasti ada aja orang yg nanya langsung ke anak kenapa dia ga sekolah. Anak harus bisa jawab sndr dg pede. Ajarkan anak ttg alasan kita pilih HS.  

0 komentar:

Posting Komentar