Kontes-kontes pemilihan ratu
kecantikan memang tengah menggejala. Dari pemilihan ratu sejagad hingga ratu
setingkat sekolah dan desa. Entah mengapa yang jadi objeknya adalah kecantikan
wanita, bukan ketampanan pria. Mungkin karena Wanita dengan keksotikannya
memiliki daya tarik untuk mendulang untung di ladang bisnis. Bisnis kosmetik, pakaian renang, salon
kecantikan, rumah mode, dan lain-lain.
Sejatinya, World Muslimah dan Miss
World tidak ada bedanya. Bedanya hanya pembungkusnya saja. Paradigmanya sama,yakni
mencari perempuan tercantik untuk ikon industri fashion, yang satu fashion
muslim, yang satu fashion sekuler. Padahal dahulu muslimah berhijab identik
dengan alim, pemalu,tidak mengekspose kecantikannya, religius, agamis. Namun
setelah terjadi ¨mass brain washing", pencucian otak massal terhadap
kalangan muslimah, banyak kita dapati muslimah yang berhijab tapi pacaran,
khalwat (berdua-duaan dengan lelaki non mahram), ikhtilat,tabaruj, dll. Profil
wanita hijaber pun tak ada bedanya dengan profil wanita sekuler. Muslimah
berhijab memang banyak, tapi pola pikirnya tak ubahnya seperti muslimah sekuler
yang tak berhijab.
Islam sendiri menempatkan wanita pada
posisi mulia. Wanita bukanlah domain publik yang boleh dinikmati oleh segala
manusia. Apalagi diikutkan dalam kontes-kontesan, sekalipun menggunakan
embel-embel muslimah. Wanita sholeha tentu saja tidak menampakkan kecantikannya
dan auratnya di depan umum,hanya untuk suaminya.
Seharusnya wanita lebih bangga menjadi
miss home. Menjadi ratu di rumahnya. Mendidik anak-anaknya, melayani suaminya,
menjaga kehormatan dan harta suaminya. Semua itu jika ia lakukan dengan ihlas
dan sungguh-sungguh akan menjadi jalan lempang menuju surgaNya. Bahkan
menjadikannya ratunya bidadadari surga. Jadi, pilih menjadi ratunya
kontes-kontesan atau ratunya bidadari surga?
0 komentar:
Posting Komentar